Ubisoft kini berada dalam masa sulit, seperti yang diungkapkan jurnalis gaming Tom Henderson dalam podcast XB2 baru-baru ini. Perusahaan game tersebut mengumumkan adanya pemutusan hubungan kerja menyusul kinerja keuangan yang mengecewakan, dipengaruhi oleh penundaan Assassin’s Creed Shadows dan rendahnya penjualan Star Wars: Outlaws.
Menurut Henderson, Ubisoft “sedang berada di posisi yang rumit” dan ingin “memaksimalkan franchise mereka.” Rencananya, Ubisoft akan meluncurkan game Assassin’s Creed baru setiap enam bulan selama lima tahun ke depan. “Namun, tidak semua dari mereka adalah RPG,” jelasnya. Tahun depan, Ubisoft siap merilis berbagai game Assassin's Creed, termasuk game Invictus yang terinspirasi Fall Guys, Jade untuk platform mobile, serta remake Black Flag, bersama dengan Assassin’s Creed: Shadows sebagai judul utama. Selain itu, Assassin’s Creed: Codename Hexe yang bernuansa horor juga tengah dipersiapkan.
Henderson menambahkan bahwa penundaan Shadows mengubah sedikit lini masa ini. Ubisoft tampaknya ingin mengikuti model Call of Duty yang merilis game utama setiap tahun disertai sejumlah game mobile dan free-to-play seperti Warzone.
Assassin’s Creed Shadows, yang awalnya dijadwalkan rilis bulan ini, diundur hingga 14 Februari mendatang. Pihak pengembang menyatakan bahwa waktu tambahan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas permainan dan menyempurnakan beberapa fitur utama.
Dalam catatan untuk investor, Ubisoft menyebut Shadows sudah “siap secara fitur,” tetapi pengalaman dari peluncuran Star Wars: Outlaws membuat mereka mengambil langkah untuk memoles lebih lanjut game ini.
Awal tahun ini, Ubisoft juga sempat menuai kritik atas permintaan maafnya yang dinilai “pengecut” terkait karakter “Samurai Hitam Pertama dari Jepang” yang dianggap tidak akurat secara sejarah, meskipun sejumlah sejarawan terkemuka menyatakan tidak ada perdebatan mengenai status Yasuke sebagai seorang samurai.