Jakarta - Di tengah ketidakpastian global, industri otomotif Indonesia mencatat pertumbuhan signifikan. Sepanjang Januari-Oktober 2024, produksi kendaraan roda dua mencapai 5,8 juta unit dengan penjualan 5,4 juta unit. Di sisi lain, kendaraan roda empat mencatatkan produksi 996 ribu unit, penjualan 710 ribu unit, dan ekspor 390 ribu unit. “Angka ini setara dengan pertumbuhan sebesar 6,7 persen dari total keseluruhan pada tahun 2023,” ujar Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam diskusi Bloomberg Technoz Ecofest 2024, Kamis (28/11).
Pemerintah mendukung transisi energi bersih dengan sejumlah insentif seperti penghapusan PPnBM, bea masuk 0 persen, dan PPN DTP untuk kendaraan listrik. Kebijakan ini didukung Permenperin Nomor 36 Tahun 2021 yang memberikan insentif pada kendaraan emisi karbon rendah berbasis TKDN. Kemenperin terus mendorong pabrikan meningkatkan komponen lokal hingga mendekati 40 persen.
Untuk mempercepat ekosistem kendaraan listrik, target nilai TKDN diubah menjadi minimum 40 persen hingga 2026, 60 persen hingga 2029, dan 80 persen pada 2030. “Kita ingin semua produsen otomotif bisa membuat pabrik di Indonesia karena berdampak pada ekonomi dan lapangan pekerjaan,” ujar Faisol. Pemerintah juga fokus mendorong industri kecil dan menengah yang mendukung rantai pasok otomotif.
Pasar kendaraan listrik diprediksi akan mendominasi dalam lima tahun mendatang. Menurut Faisol, transisi dari kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik harus segera dipikirkan pemerintah agar industri tetap tumbuh tanpa kontraksi. Hal ini sejalan dengan negara tetangga seperti Thailand yang telah mempersiapkan peralihan menuju Electric Vehicle (EV).
Ketua Satgas Transisi Energi Nasional, Rachmat Kaimuddin, menyebutkan penjualan kendaraan konvensional global telah menurun sejak 2017. Di Indonesia, merek EV terus menawarkan produk berkualitas tinggi. Tugas pemerintah adalah memastikan masyarakat mendapatkan produk kendaraan listrik yang terbaik.
